REVIEW FILM “LION
KING”
By: Rahmadillasm
Sinopsis Film “Lion King”
Mufasa adalah seekor singa yang merupakan raja dari
seluruh binatang di tempat itu. Scar, adik Mufasa, iri dengan posisi Simba
sebagai pewaris takhta, dan ia bekerjasama dengan kawanan dubuk berusaha
untuk menyingkirkannya. Scar menjebak Simba dalam kejaran wildebeest.
Walaupun Simba tertolong oleh ayahnya, Mufasa sendiri meninggal karena
dijatuhkan oleh Scar dari tebing ke dalam kejaran binatang tersebut. Simba
meloloskan diri di saat Scar menyuruh para dubuk membunuhnya.
Ia kemudian pingsan di suatu gurun, dan diselamatkan oleh
seekor meerkat bernama Timon dan Pumbaa, seekor babi
hutan yang merawatnya di hutan tempat mereka tinggal. Simba
tumbuh dewasa di tempat itu, kemudian bertemu dengan seekor singa teman masa
kecilnya, Nala. Ia meminta Simba untuk kembali dan mengusir Scar yang
memerintah secara diktator. Dalam keraguan, ia bertanya pada Rafiki,
penasihat ayahnya, dan Rafiki menunjukkan bahwa jiwa Mufasa ada dalam diri
Simba. Simba pun kembali ke kerajaanya.
Saat tiba, ia melihat kerajaanya menjadi hancur karena Scar. Para singa
pun bertarung melawan Scar dan kawanan dubuknya. Dalam pertarungan, Scar
mengatakan bahwa dirinya penyebab Mufasa terbunuh. Pertarungan sengit pun kembali
terjadi di tengah amukan api dari kilat. Scar akhirnya kalah dan diusir,
lalu Simba menjadi raja.
Pengisi Suara Film “Lion King”
Matthew Broderick Jonathan Taylor Thomas sebagai Simba, Jonathan Taylor Thomas sebagai Simba kecil, Jeremy Irons sebagai Scar, James Earl Jones sebagai Mufasa, Nathan Lane sebagai Timon, Ernie Sabella sebagai Pumbaa, Whoopi Goldberg sebagai
Shenzi, Cheech Marin sebagai Banzai, Jim Cummings sebagai Ed, Moira Kelly sebagai Nala, Niketa Calame sebagai Nala kecil, Robert Guillaume sebagai Rafiki, Rowan Atkinson sebagai
Zazu, Madge Sinclair sebagai Sarabi, Zoe Leader sebagai Sarafina.
Review Film “Lion King”
Film ini merupakan remake dari versi
animasi menjadi versi live-action. Dari alur cerita tidak berbeda dengan versi
aslinya, masih mengisahkan Pride Lands dengan polemik kekuasaan di dalamnya. Bahkan,
bagi penonton dewasa yang sudah pernah nonton versi aslinya dan sudah tau
ceritanya, rasanya tidak perlu berharap ada twist mengejutkan lagi. Sementara
bagi anak-anak film ini dapat menyampaikan pesan yang kuat mengenai rasa
tanggung-jawab dan keberanian.
Konflik masalah yang
digambarkan juga sederhana, sehingga mudah dipahami untuk anak-anak. Begitu juga
dengan komedi yang disuguhkan karakter Pumba dan Timon. Lagu Hakuna Matata juga
membuat para penonton dewasa ikut bernyanyi dan bernostalgia dengan kartun masa
kecil.
Salah satu hal yang
sangat menarik adalah animasi karakternya yang sangat mengesankan. Animasi dibuat
sangat detail mulai dari kerutan pada tubuh karakter , retakan tanah gersang,
hingga rumput semua terlihat sangat nyata.
Namun sayang, saking
nyata nya menghilangkan karisma dan jiwa para karakternya. Penonton juga akan
kesulitan untuk membedakan antarhewan dari spesies yang sama. Seperti membedakan
Nala,Sarabi dengan singa betina lainnya, kecuali jika mereka berbicara.
Walaupun begitu film ini
tetap recommend untuk ditonton.
Komentar
Posting Komentar